A.
PENDAHULUAN
Istilah kurikulum pada zaman
Yunani kunoberasal dari kata “Curee” yang berarti “tempat pertandingan”. Kurir
artinya orang yang bertugas menyampaikan berita dari suatu tempat ke tempat
lain. Kurikulum diartikan “jarak yang harus ditempuh dalam suatu perlombaan
lari” atau “race cource”. Analog dengan makna di atas, kurikulum dalam
pendidikan diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran dan materi yang harus
dikuasai peserta didik untuk memperoleh ijasah tertentu. Dengan kurikulum ini,
kurikulum digunakan untuk pertama kali dalam bidang pendidikan.
Kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan.
Kurikulum dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu: sebagai ilmu, sebagai sistem,
dan sebagai rencana.
Menurut
Suharsimi (2007, 56) disebutkan ada 4 (empat) model kurikulum yang berkembang hingga saat
ini, yaitu:
1. Model kurikulum Sobjek akademik
2. Model kurikulum Humanistik
3. Model kurikulum rekonstruksi sosial
4. Model kurikulum Teknologi
B. KAJIAN
1.
KURIKULUM SUBJEK AKADEMIS
Merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang
pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran
yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan
mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari
pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu.
Kurikulum subjek akademi lebih mengutamakan isi pendidikan. Isi pendidikan
diambil dari setiap disiplin ilmu sesuai dengan bidang disiplinnya para ahli ,
masing – masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis , logis , dan solid.
Belajar adalah menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil
dalam belajar adalah orang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan
yang diberikan atau disiapkan oleh guru.Fungsi pendidikan adalah memelihara dan
mewariskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada
generasi yang baru.
Menurut
kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran
sebanyak-banyaknya. Kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya
menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah perkembangannya secara
berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta
didik. Proses belajar yang dipilih tergantung pada segi apa yang dipentingkan
dalaam materi pelajaran tersebut.
Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subyek akademis:
1.
Melanjutkan
pendekatan struktur pengetahuan, murid – murid belajar bagaimana memperoleh dan
menguji fakta – fakta dan buka sekedar mengingat – ingatnya.
2.
Studi
yang bersifat integratif ini merupakan respon terhadap perkembangan masyarakat
yang menuntut model – model pengetahuan yang lebih komprehensif – terpadu.
3.
Pendekatan
yang dilaksanakan pada sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasar
mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah
matematis. Pelajaran yang lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan
praktis pemecahan masalah dalam kehidupan.
Konsep
Dasar
Anak atau
siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Mereka adalah subjek yang
menjadi pusat kegiatan pendidikan. Tugas Guru adalah menciptakan situasi yang
permisif yang mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan
sendiri.
Ciri kurikulum
Subjek Akademis
1. Tujuan Kurikulum subjek akademi adalah pemberian
pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses
penelitian.
2. Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum
subjek akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri.
3. Evaluasi, Kurikulum subjek akademi menggunakan
bentuk yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
4. Berkenaan dengan tujuan , metode , organisasi isi
dan evaluasi.
5. Organisasi isi antara lain:
·
Correlated
curriculum
·
Unified
atau Concentrated curriculum
·
Integrated
curriculum
·
Problem
Solving curriculum
6. Evaluasi bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan
sifat mata pelajaran.
Mengatasi
Masalah Disiplin Ilmu
- Mengusahakan
adanya penguasaan yang menyeluruh dengan menekankan pada bagaimana cara
menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.
- Mengutamakan
kebutuhan masyarakat dan aspek-aspek dari disiplin ilmu yang sangat diperlukan dalam kehidupan
masyarakat.
- Menekankan
pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar bagi
penguasaan disiplin-disiplin ilmu yang lainnya.
Para Pengembang Kurikulum subjek akademi lebih mengutamakan
penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan
bahan dengan kemampuan berfikir anak.
Metode Inkuiri
“Metode inkuiri adalah cara penyajian
pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan
informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode ini melibatkan peserta didik
dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya “(Sumantri, 1998/1999:164).
Dari pengertian diatas dapat diartikan
bahwa metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan aktivitas
siswa menemukan sendiri konsep-konsep ilmu pengetahuan dengan cara melakukan
percobaan.
Metode inkuiri merupakan metode yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sejumlah informasi dengan
atau tanpa bantuan guru.
Penerapan yang akan dilakukan dalam
penelitian ini menekankan pada kegiatan pengamatan, eksperimen dan diskusi
terhadap sifat-sifat cahaya dengan maksud agar siswa dapat belajar lebih aktif
dan lebih bermakna.
Metode inkuiri merupakan salah satu
metode mengajar. Istilah metode penemuan/ inkuiri (discovery methode)
didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menekankan belajar secara individual,
manipulasi objek atau pengaturan / pengkondisian objek, dan eksperimentasi lain
oleh siswa sebelum generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat (Gilstrop,
1975:63)
Inkuiri adalah suatu metode yang
digunakan dalam pembelajaran (fisika/Sains) dan mengacu pada salah satu cara
untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi atau mempelajari suatu
gejala. (Koes, 2003:12)
2.
KURIKULUM HUMANISTIK
Konsep Dasar
Bertolak
dari asumsi bahwa anak / siswa adalah yang pertama dan utama, menjadi pusat
kegiatan pendidikan mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk
berkembang. Tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif yang mendorong
siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri. Berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (John
Dewey dan J.J. Rousseau). Siswa sebagai subjek yang menjadi pusat kegiatan
pendidikan (menekankan peranan siswa). Tujuan pengajarannya yaitu memperluas
kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari
lingkungan.
Terdapat beberapa aliran yang termasuk dalam
pendidikan humanistik, yaitu:
1. Konfluen, menekankan keutuhan pribadi. Individu merespon
secara utuh (pikiran, perasaan, tindakan) terhadap kesatuan yang menyeluruh
dari lingkungan. Kurikulum Konfluen dikembangkan oleh para ahli pendidikan
konfluen, yang ingin menyatukan segi-segi afektif (sikap, perasaan, nilai)
dengan segi-segi kognitif (kemampuan intelektual).
Kurikulum hendaknya mempersiapkan berbagai
alternatif yang dapat dipilih murid dalam proses bersikap, berperasaan dan
memberi pertimbangan nilai.
p
Beberapa
ciri kurikulum konfluen :
1. Partisipasi
2. Integrasi
3. Relevansi
4. Pribadi Anak
5. Tujuan
p
Metode
belajar konfluen :
1. Topik – topik yang mengandung Self Judgement
2. Materi disajikan dalam bentuk yang belum selesai ,
tema atau isu – isu yang muncul secara spontan
p
Pengajaran
humanistik memfokuskan proses aktualisasi diri
2.
Kritikisme Radikal , membantu
anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya. Bersumber dari aliran
Naturalisme / Romantisme Rousseau.
3.
Mistikisme Modern , menekankan latihan dan pengembangan kepekaan
perasaan, kehalusan budi pekerti melalui sensitivity traning , yoga , dsb.
Karakteristik Kurikulum Humanistik:
1. Berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi dan
evaluasi, proses perkembangan pribadi yang dinamis.
2. Menuntut hubungan yang emosional yang baik antara
guru dan murid.
3. Menekankan integrasi intelektual, emosional, dan
tindakan.
4. Evaluasi lebih mengutamakan proses daripada hasil, tidak
ada kriteria, penilaian bersifat subjektif.
3.
KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL
Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada
problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber
pada aliran pendidikan interaksional. Harold Rug melihat adanya kesenjangan
antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan
pengetahuan dan konsep-konsep yang dimilikinya dapat mengidentifikasi dan
memecahkan masalah-masalah sosial.
Desain kurikulum rekonstruksi sosial
1.
Asumsi,
menghadapkan siswa pada tantangan, ancaman , hambatan , gangguan yang dihadapi
manusia. Tantangan tersebut perlu didekati dari bidang – bidang seperti ekonomi
, sosiologi , psikologi , dll. Hal ini dapat dikaji dalam kurikulum.
2.
Kegiatan
belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial mendesak.
3.
Pola –
pola organisasi.Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi disusun seperti
sebuah roda , ditengah sebagai poros masalah yang menjadi tema utama , di bahas
secara pleno.
4.
Tujuan
dan Isi kurikulum, setiap tahun program pendidikan mempunyai tujuan-tujuan yang
berbeda disesuaikan dengan masalah sosial yang ada disuatu tempat.
5.
Metode,
dalam pembelajaran rekonstruksi sosial pengembang kurikulum berusaha mencari
keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta didik.
6.
Evaluasi,
dalam kegiatan evaluasi ara peserta didik juga dipartisipasikan, partisipasi
mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.
Tujuan dan Isi Kurikulum Rekonstruksi Sosial
a.
Mengadakan
survei secara kritis terhadap masyarakat.
b.
Mengadakan
studi tentang hubungan antara keadaan ekonomi lokal dan ekonomi nasional.
c.
Menghadapkan
siswa pada tantangan, ancaman, hambatan, gangguan yang dihadapi manusia.
d.
Mengkaji
praktik politik dalam hubungannya dengan faktor ekonomi.
e.
Memantapkan
rencana perubahan praktik politik.
f.
Mengevaluasi
semua rencana dengan kriteria.
Metode Rekonstruksi Sosial
Dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang
kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan
tujuan siswa. Bagi rekonstruksi sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, ada
ketergantungan antara seorang dengan lainnya. Dalam kegiatan belajar tidak ada
kompetisi, yang ada adalah kerja sama dan konsensus.
Pola Desain Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Pelaksanaan Pengajaran Rekonstruksi Sosial
Rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan didaerah
yang belum maju dan tingkat ekonominya masih rendah. Pengajaran diarahkan untuk
meningkatkan kondidi kehidupan mereka sesuai potensi yang ada dalam masyarakat
, biaya dari pemerintah. Pengajaran rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan
didaerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum
tinggi. Pelaksanaan pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondisi hidup
mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat sekolah mempelajari
potensi-potensi tersebut dan berusaha mengembangkannya.
4.
KURIKULUM TEKNOLOGIS
Kurikulum teknologis ada persamaannya
dengan aliran pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi
diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tetapi pada penguasaan
kompetensi. Suatu kompetensi yang besar
diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit atau khusus dan akhirnya menjadi
perilaku-perilaku yang dapat diamati dan diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan, khususnya
kurikulum dalam 2 bentuk yaitu:
a.
Perangkat
lunak , disebut teknologi sistem
Pada bentuk ini pengajaran tidak membutuhkan alat
dan media yang canggih, tetapi bahan ajar dan proses pembelajaran disusun
secara sistem , alat dan media disesuaikan tetapi tidak terlalu dipentingkan.
b.
Perangkat
keras, disebut teknologi alat
Pengajaran disusun secara sistem, dan ditunjang
dengan alat dan media pembelajaran. Alat dan media belum terintegrasi dengan
progam pembelajaran, bersifat “on – off “.
Bentuk lain yang ditawarkan selain 2 poin diatas
adalah progam pengajaran telah disusun secara terpadu antara bahan dan kegiatan
pembelajaran dengan alat dan media , misal dalam bentuk kaset audio , video
atau film , atau diprogamkan dalam komputer.
Teknologi pendidikan yaitu suatu
konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang
peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada
yang berbeda. Dalam tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan
dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan
dan pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan
dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data
obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan
vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan
disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik
belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah
besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi.
Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru
berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning), lebih banyak
tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
Teknologi pendidikan menjadi
sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum
yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik,
melalui metode pembelajaran individual, media buku atau pun elektronik,
sehingga mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.
Ciri-ciri kurikulum teknologis:
a.
Tujuan,
diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik, kemampuan vokasional, atau
kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi.
b.
Metode,
kegiatan pembelajaran dipandang sebagai proses mereaksi terhadap stimulus yang
diberikan, bila terjadi respons sesuai harapan, maka respons tersebut
diperkuat.
c.
Evaluasi
dilakukan setiap saat (pada akhir satuan pelajaran maupun semester). Fungsi
dari evaluasi ini adalah sebagai umpan balik peserta didik dalam penyempurnaan
penguasaan suatu satuan pelajaran, sebagai umpan balik bagi peserta didik pada
akhir suatu program atau semester, juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan
pengembangan kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum.
Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada
kriteria:
1. Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan
disempurnakan oleh pengembang kurikulum yang lain.
2. Hasil pengembangan berbentuk model yang bisa diuji
coba ulang dan memberikan hasil yang sama.
Pelaksanaan
pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai beikut:
a.
Penegasan
tujuan
b.
Pelaksanaan
pembelajaran
c.
Pengetahuan
tentang hasil
KESIMPULAN
Empat aliran atau teori pendidikan memiliki model konsep
kurikulum dan praktek pendidikan yang berbeda :
1.
Model
konsep kurikulum dari teori pendidikan klasik disebut subyek kurikulum akademis
2.
Model
konsep kurikulum pendidikan pribadi disebut kurikulum humanistik
3.
Model
konsep kurikulum interaksionis disebut kurikulum rekonstruksi sosial
4.
Model
konsep kurikulum teknologi pendidikan disebut kurikulum teknologis
Perbandingan empat model konsep kurikulum berdasarkan
tujuan, yaitu:
1.
Kurikulum Subjek akademik: memberi pengetahuan yang
solid, serta melatih siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian.
2.
Kurikulum Humanistik: proses perkembangan pribadi
yang dinamis
3.
Kurikulum Rekonstrusi sosial: memperluas kesadaran
diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan
4.
Kurikulum Teknologi:penguasaan kompetensi yang
dirumuskan dalam bentuk perilaku
Perbandingan empat model konsep kurikulum berdasarkan
isi, yaitu:
1. Kurikulum Subjek akademik: diambil dari setiap disiplin ilmu
2. Kurikulum Humanistik: pengetahuan yang menekankan integrasi
intelektual, emosional, dan tindakan
3. Kurikulum Rekonstrusi sosial:masalah sosial yang mendesak
4. Kurikulum Teknologi: berbagai disiplin ilmu, perkembangan
teknologi, Pemanfaat teknologi dalam pembelajaran;
Perbandingan empat model konsep kurikulum berdasarkan
strategi, yaitu:
1. Kurikulum Subjek akademik: metode ekspositori dan inkuiri.
2. Kurikulum Humanistik: strataegi yang menekankan hubungan emosional yang baik antara guru dan
murid
3. Kurikulum Rekonstrusi sosial: strategi yang dapat
menyelaraskan antara tujuan nasional dengan tujuan siswa
4. Kurikulum Teknologi: kegiatan pembelajaran dipandang sebagai
proses mereaksi terhadap stimulus yang diberikan, bila terjadi respons sesuai
harapan, maka respons tersebut diperkuat.
Perbandingan empat model konsep kurikulum berdasarkan evaluasi,
yaitu:
1. Kurikulum Subjek akademik: bervariasi disesuaikan dengan
tujuan dan sifat mata pelajaran. Dalam bidang studi humaniora digunakan bentuk essay test
2. Kurikulum Humanistik: mengutamakan proses dari pada hasil.
Tidak ada kreteria. Penilaian bersifat subjektif
3. Kurikulum Rekonstrusi sosial: melibatkan siswa dalam memilih,
menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan
4. Kurikulum Teknologi: Evaluasi dilakukan setiap saat (pada
akhir satuan pelajaran maupun semester)
B.
Daftar Rujukan
Daeng
Sudirwo. 2002 Otonomi Perguruan Tinggi Hubungannya dengan Otonomi Daerah.
Manajerial. Vol .01. No1:72-79
Deddiknas.
2003. Standar Kompetensi Bahan Kajian; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
________.
2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif; Pelayanan Profesional Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang
________.
2003. Penilaian Kelas; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Puskur Balitbang.
E.
Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan
Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
_________.
2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi; Panduan Pembelajaran KBK.
Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
_________.
2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya
Nana
Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung:
P.T. Remaja Rosdakarya.
Permendiknas
No. 22, 23 dan 24 Tahun 2007
Tim
Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran.2002. Kurikulum dan Pembelajaran.
Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
UPI.
Uyoh
Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek