Seseorang
tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu
menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengarungi oleh
faktor- faktor lingkungan dimana
kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian diri yang baik atau yang
salah, sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang
aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha
memuaskan kebutuhan jasmaninya. Penyesuaian diri adalah suatu proses dan salah
satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan
untuk mengadakan penyesuain diri secara harmonis, baik kepada diri sendiri
mapun terhadap lingkungannya.
1.
Pengertian penyesuaian diri
Penyesuaian
berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya (survive) dan memperoleh
kesejahteraan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan
tuntutan sosial. Penyesuaian diri juga dapat diartikan bagai konvormitas, yang
menyesuaikan sesuatu dengan standart
atau prinsip. Definisi lain mengenai penyesuaian diri yaitu, kemampuan untuk
membuat rencana dan mengorganisasi respon- respon sedemikian rupa, sehingga
bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi- frustasi secara
efisien individu memiliki kemampuan untuk menghadapi realitas hidup dengan cara
yang memenuhi syarat. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai suatu
penguasaan dan kematangan emosional.
Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon
emosional yang tepat pada setiap situasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada
diri sendiri dan lingkungannya.
Proses
Penyesuaian Diri, penyesuaian diri adalah proses bagaimana seorang individu dapat mendapat
keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya.
Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat manusia, terus-
menerus berupaya menemukan dan mengatasi dan tantangan hidup guna mencapai
pribadi sehat. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja mumcul konflik,
takanan, frustasi, yang menyebabkan individu terdorong untuk meneliti berbagai
kemungkina perilaku untuk membebaskan dirinya dari kegagalan. Contoh : Serang
anak yang membutuhkan rasa kasih sayang dari ibuknya yang terlalu sibuk dengan
tugasnya. Anak akan prustasi dan berusa sendiri menemukan pemecahan untuk
mereduksi ketegangan atau kebutuhan yang
belum terpenuhi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa motivasi mengambil variasi bentuk, dimana setiap bentuk dpat
diarahkan kepada rintangan atau faktor frustasi yang disebabkan oleh beberapa
realita misalnya: pembatasan orang tua, hambatan fisik, aturan sosial, dan
semacamnya.
Seseorang
dikatakan berhasil dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila
ia dapat memenuhi kebutuhannnya dengan cara-cara yang wajar yang dapat diterima
lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.
Karakteristik
penyesuaian diri tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian
diri, karena ada banyak rintangan dalam proses penyesuaian diri. Berikut ini
akan ditinjau karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri
yang salah.
a.
Penyesuaian diri secara positif
Mereka yang tergolong
mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai dengan hal- hal
berikut:
1.
Tidak menunjukkan adanya ketengan
emosional
2.
Tidak menunjukkan adanya mekanisme
psikologis
3.
Tidak menunjukkan frustasi pribadi
4.
Memiliki pertimbangan rasional dan
pengarahan diri.
5.
Mampu dalam belajar
6.
Menghargai pengalaman
7.
Bersikap realistik dan objektif
Dalam
melakukan penyesuaian diri secara positif individu akan melakukannya dalam
berbagai bentuk antara lain: penyesuaian diri dengan menghadapi masalah secara
langsung, penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
penyesuaian diri dengan trial dan eror atau coba- coba, penyesuaian diri dengan
subsitusi (mencari pengganti), penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri,
penyesuaian diri dengan belajar, penyesuaian diri dengan pengendalian diri,
penyesuaian diri dengan pengamatan yang cermat.
b.
Penyesuaian diri yang salah
Kegagalan
dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu
melakukan penyesuaian diri yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai
dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional
, tidak ralistis, agresif dan lain- lain. Ada tiga bentuk reaksi yang salah
dalam penyesuaian diri yang salah yaitu: reaksi bertahan, reaksi menyerang dan
reaksi melarikan diri.
1.
Reaksi bertahan
Individu
berusaha mempertahankan diri, seolah- seolah tidak menghadapi kegagalan. Ia
selalu berusaha menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk
khusus dari reaksi ini adalah:
- Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari- cari alasan untuk membenarkan tindakan
- Represi, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak kea lam tidak sadar. Ia berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis
- Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima. Misalnya seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya.
- “Sourgrapes”(anggur kecut),yaitu dengan memutar balikkan keadaan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik mengatakan bahwa mesin tiknya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengeti
2.
Reaksi menyerang
Orang
yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku menyerang
untuk menutupi kegagalanya. Ia tidak mau menyadari kegagalanya. Reaksi-
reaksinya Nampak dalam tingkah laku: selalu membenarkan diri nya sendiri, mau
berkuasa dalam setiap situasi, senang mengganggu orang lain, marah secara
sadis, suka membalas dendam dan sebagainya.
3. Reaksi
melarikan diri
Dalam
reaksi ini seseorang akan melakukan hal- hal seperti berikut: berfantasi yaitu
memuaskan keigininan yang tidak tercapai dalam bentuk angan- angan, banyak tidur, minum- minuman keras, bunuh
diri, menjadi pecandu narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku
yang semodel dengan tingkat perkembangan yang lebih awal (misalnya orang dewasa
yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil, dan lain- lain)
4.
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses
penyesuaian diri
Proses
penyesuaian diri identik dengan faktor- faktor yang mengatur perkembangan dan
terbentknya pribadi secara bertahap. Penentu- penentu itu dapat dikelompokkan
sebagai berikut: kondisi- kondisi fisik (keturunan), susunan saraf, kesehatan,
dan sebagainya, perkembangan dan kematangan ( kematangan intelektual sosial dan
emosional), penentu psikologis (termasuk didalamnya pengalaman, penentuan diri,
frustasi dan konflik), kondisi lingkungan (keluarga dan sekolah), penentu
cultural (budaya dan agama).
Kondisi
Jasmaniah
Struktur
jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku manusia sehingga dapat
diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar dan otot merupakan faktor yang
penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ganggauan dalalm saraf, dan otot dapat
menimbulkan gangguan mental tingkah laku dan kepribadian. Dengan demikin,
kondisi sistem yang baik merupakan syarat bagi terjadinya proses penyesuaian
diri yang baik. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya diperoleh dan
dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.
Perkembangan,
Kematangan dan Penyesuaian Diri
Dalam
proses perkembangan, respon anak berkembang dari proses instingtif menjadi
respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia perubahan dan
perkembangan respon, tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak
juga menjadi matang untuk melakukan respon dan menentukan pola penyesuaian
dirinya.
Sesuai
dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antar individu yang satu dengan yang lainya, sehingga
penyampaian pola penyesuaian diri juga berbeda secara individual yang
dipengaruhi oleh beberapa kondisi seperti: emosional, sosial, moral, keagamaan,
intelek.
Penentu Psikologis Terhadap
Penyesuaian Diri
Beberapa
faktor psikologis yang mempengaruhi
penyesuaian diri diantaranya adalah:
a.
Pengalaman
Tidak
semua pengalaman berpengaruh terhadap pola penyesuaian diri. Pengalaman yang
memiliki dalam penyesuaian diri adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman
yang traumatik ( menyusahkan). Pengalaman yang menyenangkan cenderung bisa
menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik, sedangkan pengalaman traumatik
menimbulkan penyesuaian diri yang kurang baik. Selain kedua pengalaman tersebut
tidak memiliki pengaruh terhadap proses penyesuaian diri.
b.
Proses belajar merupakan suatu yang
menjadi dasar dalam penyesuaian diri, karena melalui belajar maka pola- pola
respons akan berkembang dan membentuk kepribadian dalam proses penyesuaian
diri, belajar merupakan salah satu proses modifikasi tingkah laku sejak fase-
fase awal dan berlangsung terus- menerus sepanjang hayat dan diperkuat dengan
kematangan.
c.
Determinasi Diri adalah peran seseorang
untuk menentukan dirinya dalam proses penyesuaian diri, terdapat faktor kekuatan
yang mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk, untuk mencapai
taraf penyesuaian diri yang tinggi atau merusak diri. Faktor- faktor itulah
yang dinamakan faktor determinasi diri. Determinasi diri memiliki peranan yang
penting dalam proses pengendalian arah dan pola penyesuaian diri
d.
Konflik dan penyesuaian ada beberapa
pandangan bahwa semua konflik mengganggu atau merugikan. Namun dalam kenyataan
ada juga seseorang yang memiliki banyak konfilik tetapi tidak merusak atau
merugikan. Sebenarnya, beberapa konflik dapat bermanfaat memotivasi seseorang
untuk meningkatkan kegiatan. Sehingga substansi dari proses penyesuaian ini
terletak pada bagaimana seseorang untuk mengelola konflik yang dialaminya
sehingga mengarah pada pencapaian tujuan yang menguntungkan baik secara
individu atau sosial.
Lingkungan Sebagai Penentu
Penyesuaian Diri
Berbagai
lingkungan anak seperti keluarga dan pola hubungan di dalamnya, sekolah,
masyarakat, kultur, dan agama berpengaruh dalam penyesuaian diri. Pola hubungan
antar orang tua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian
diri, seperti hubungan dimana orang tua menerima anaknya secara hangat sehingga
anak merasa nyaman, atau dalam bentuk proses pendisiplinan yang berpengaruh
terhadap pola pengaturan waktu bagi anak.
Kultur dan Agama Sebagai Penentu
Penyesuaian Diri
Lingkungan
kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola
penyasuaian dirinya. Dimana seorang individu akan berusaha menempatkan dirinya
dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Agama memberikan suasana psikologis
tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainya. Agama juga memberikan suasana damai dan
tenang bagi anak. Agama merupakan sumber nilai kepercayaan dan pola- pola
tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti , tujuan, dan kestabilan hidup manusia
B. Permasalahan-
Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Tingkat
penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua,
dan suasana psikologis, sosial dalam keluarga contoh: sikap orang tua yang
menolak. Penolakan orang tua terhadap anaknya dibagi menjadi dua macam:
pertama, penolokan mungkin merupakan dimana orang tua merasa tidak sayang
kepada anakya karena berbagai bab. Seperti tidak menghendaki kelahiranya. Jenis
kedua, penolakan juga ada dalam bentuk berpura- pura tidak tahu keinginan anak.
Contoh: orang tua memberikan tugas kepada anaknya saata berbarengan dengan
rencana anaknya untuk menonton bersama dengan teman- temanya.
Akumulasi
dari kedua macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaaikan
diri, cenderung untuk mengahbiskan waktu di luar umah. Terutama pada gadis,
mungkin akan terjadi perkawinan di luar rumah. Karena menganggap keluarga
dirumahnya tidak lebih baik. Bisa juga remaja akan berusaha menarik
perhatianorang lain karena terlalu terkekang di dalam keluarganya
Penyesuaian
diri remaja dengan kehidupan di sekolah.
Biasanya timbul ketika reamja mulai/ memasuki jenjang yang baru, baik
sekolah lanjutan pertama atau sekolah lanjutan atas. Mereka akan mengalami
penyesuain diri, teman, man mata pelajaran. Sebagai akibatnya antara lain
prestasi belajarnya menurun dibangkan denga presestasi di sekolah sebelumnya .
Tidak jarang terjadi anak tidak mau sekolah, tidak mau belajar, suka membolos dan sebagainya karena ia dipaksa oleh orang
tuanya utnuk masuk sekolah yang diinginkanya.
C. Implikasi
Proses Penyesuaian Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Sekolah
mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Dalam kaitanya
denga pendidikan , peranan sekolah pada hakekatanya sama dengan peranan
keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik
mengalami masalah. Oleh karena itulah di setiap sekolah lanjutan ditunjuk wali
kelas yaitu guru –guru yang akan membantu anak-anak didik jika mereka
menghadapi kesulitan dalam masalah pelajaranya, disamping itu ada guru bimbingan dan penyuluhan untuk
membantu anak didik dalam masalah didik, atau penyesuaian diri, baik terhadap
dirinyas sendiri mapun tuntutan sekolah.
Upaya-
upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja
khsusunya di lingkungan sekolah:
1.
Menciptakan suasana belajar mengajar
yang menyenangkan bagi anak
2.
Menciptakan situasi sekolah yang dapat
menimbulkan rasa betah seperti dirumah baik secara sosial , fisik maupun
akademis
3.
Usaha memahami anak didik secara
menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
4.
Menggunakan metode dan alat belajar yang
menimbulkan gairah belajar.
5.
Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat
memperbesar motivasi belajar.
6.
Ruangan kelas yang memenuhi syarat-
syarat kesehatan.
7.
Pengaturan atau tata tertib yang jelas
dan dipahami murid- murid.
8.
Teladan dari para guru dalam segala segi
pendidikan.
9.
Kerjasama dan saling pengertian dari
guru dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah.
10.
Pelaksanaan program bimbingan dan
penyuluhan yang sebaik- baiknya.
11.
Situasi kepemimpinan yang penuh saling
pengertian dan tanggung jawab baik pada murid maupun pada guru.
12.
Hubungan yang baik dan penuh pengertian
antara sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat.
Karena
disekolah guru merupakan figur yang sangat penting terhadap penyesuaian
siswa-siswanya, maka dituntut sifat guru yang efektif yaitu (Ryans dalam
Garrison, 1956):
1.
Memberi kesempatan, tampak antusias dalam
aktivitas siswa dalam kelas.
2.
Ramah dan optimis
3.
Mampu mengontrol diri tidak mudah
terganggu dan tindakannya teratur
4.
Senang kelakar, mempunyai rasa humor
5.
Mengetahui dan mengakui kesalanhannya
sendiri
6.
Jujur dan obyektif dalam memperlakukan
siswa
7.
Menunjukkan perhatian dan rasa simpati
dalam bekerja dengan siswa- siswanya.
Evaluasi
1.
Kemukakan dengan bahasa Anda sendiri
pengertian penyesuaian diri!
2.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan
penyesuaian diri terhadap suatu proses!
3.
Sebutkan contoh empat karakteristik penyesuaian
diri secara positif!
4.
Sebutkan contoh tiga karakteristik
penyesuaian diri yang salah!
5.
Jelaskan bahwa perkembangan dan
kematangan merupakan faktor yang
mempengaruhi proses penyesuaian diri.
D. Kunci
Jawaban
1.
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai
suatu proses adaptasi untuk mencapai keharmonisan antar faktor internal dan
eksternal dengan diri maupun lingkungan
2.
Penyesuaian diri adalah suatu proses
berkesinambungan dan berkelanjutan dalam suatu aktivitas kehidupan individu
mulai sejak lahir sampai ia meninggal untuk mencapai keselarasan dan
keharmonisan terhadap dirinya sendiri maupun lingkungan dalam kondisi yang
positif.
3.
Contoh penyesuian diri secara positif
antara laing: tidak ada ketegangan dalam emosional, tidak terjadi frustasi,
menggunakan pertimbangan rasional, realistis dan objektif dalam bertindak.
4.
Beberapa contoh karakteristik yang salah
antara lain: reaksi bertahan, yaitu selalu membenarkan diri, menyerang yaitu
selalu menyalahkan orang lain sebagai suatu cara untuk mendengarkan kesalahanya,
dan melarikan diri yaitu suatu sikap yang ingin atau melupakan masalahnya
dengan berbagai cara misalnya menjadi pecandu narkoba atau bunuh diri.
5.
Dengan bertambahnya usia perubahan dan
perkembangan respon dalam proses penyesuaian diri juga mengalami perubahan
misalnya dari respon yang dahulu bersifat instingtif menjadi respon yang
diperoleh dari proses belajar dan pengalaman, dimana anak akan menjadi matang
untuk menentukan pola- pola penyesuaian diri seiring dengan perkembangan dan
kematangan pada dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar